Jumat, 01 Februari 2013

MEMBANGKITKAN KEMBALI KEGEMILANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI DUNIA ISLAM



MEMBANGKITKAN KEMBALI KEGEMILANGAN

SAINS DAN TEKNOLOGI DUNIA ISLAM

Oleh : Yusuf Hasyim, S.Ag*

(Artikel majalah rindang kanwil Kemenag jateng)

Iftitah
Dr. Mohammed Abdus Salam (Mizan, 1996), Direktur International Centre for Theoretical Physics, Trieste, mengemukakan bahwa tidak diragukan lagi dari seluruh planet ini sains menempati posisi yang paling lemah di dunia Islam. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa kelemahan ini berbahaya karena kelangsungan hidup suatu masyarakat pada abad ini secara langsung tergantung pada penguasaannya atas sains dan teknologi. Kondisi ini disebabkan karena dua fakor utama yang bertanggungjawab atas musnahnya lembaga ilmu pengetahuan yang penah jaya dalam Islam.yaitu ortodoksi agama dan semangat intoleransi. Sains hanya hidup bilamana terdapat praktisi yang memadai berupa suatu komunitas yang dapat bekerja dengan tenang, didukung oleh infrastruktur eksperimental dan pustaka yang lengkap dan memiliki kemampuan untuk saling memberikan kritik secara terbuka. Kondisi ini tidak terpenuhi dalam masyarakat Islam.

George Sarton sebagaimana dinukil oleh Mehdi Golshani (Mizan, 2003) mengakui bahwa selama periode antara 750 M dan 1100 M, orang-orang Islam adalah pemimpin-pemimpin dunia intelektual yang tak dapat disanggah, juga antara 1100 M dan 1350 M pusat-pusat belajar di dunia muslim secara global amat penting dan menarik banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Setelah 1350 M orang-orang Eropa mulai maju sementara dunia muslim tidak saja menjadi jumud, tetapi juga telah gagal menyerap kemajuan yang dibuat di luar peradaban mereka.

Kegemilangan Sains Umat Islam
Ilmu pengetahuan dan teknologi Umat Islam berkembang sedemikian pesat  dan mengalami masa kegemilangan pada Abad VIII ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh ternama yang membidangi berbagai disiplin ilmu, antara lain: Pada Abad VIII muncul ilmuwan Ibnu Hayyan, yang dikenal dengan nama Geber di eropa adalah filosof dan ahli logika. Ia juga ahli bidang fisika dan kedokteran, serta kimia. Karya utamanya di bidang kimia. Ia mahir dalam kristalisasi, sublimasi, distilasi, kalsinasi, dan sebagainya. Al-Khawarizmi. Dikenal algorism di Eropa. Bukunya “Al-Jabar wal muqobalah” sangat terkenal di lingkungan Eropa dan diambil judulnya untuk nama suatu cabang Matematika. Ia termasuk ahli geografi dan ia berhasil membuat tabel astronomis yang kini disebut “algorithm” sebagai urutan langkah yang diambil dalam proses menghitung. Al-Kindi, yang dilatinkan menjadi Alkindus. Ia adalah filosof, juga ahli geografi. Ia juga bekerja dalam bidang kedokteran dan matematika. Ia juga pandai fisika yang membahas tentang optika geometris, gelombang bunyi, serta musik.
Pada Abad IX, muncul Ar-Razi, yang dikenal dengan nama Rhazes, sangat terkenal sebagai ahlikedokteran klinis. Ia juga ahli di bidang kimia. Karyanya merupakan buku manual laboratorium kimia yang pertama dikenal orang. Al-Farabi. Seorang filosof ahli matematika dan pengobatan. Al-Battani, dikenal Albategnius pakar astronomi. Ia yang berhasil menghitung dengan cermat panjang tahun 365 hari 5 jam 46 menit 24 detik.
Pada Abad X, muncul Az-Zahrowi atau Abul Qosim yang terkenal sebagai Albucasis adalah ahli bedah yang kesohor. Bukunya At-Tasif, yang terdiri dari 30 jilid merupakan ensiklopedia medis. Al-Bairuni, ilmuwan yang telah menemukan berat jenis. Ia ahli geografi, sejarah serta matematika, ia yang mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Ibnu Sina. Mendapat gelar bapak kedokteran, karya ilmiahnya “Qonun” telah menjadi buku teks di perguruan tinggi Eropa.
Pada Abad XI merupakan abad keemasan, muncul  Al-Khayyam. Ahli astronomi dan kedokteran. Ia juga memiliki karya besar dalam bidang matematika. Ia yang menemukan koefisien-koefisien binomial jauh sebelum pascal memperkenalkan segitiganya. Al-Kindi. Orang yang berpengatahuan banyak tentang flora dan fauna, serta ahli dalam tetumbuhan berkhasiat.

Pudarnya Kegemilangan Sains Dunia Islam
Setelah zaman puncak ini pengembangan sains Umat Islam mulai menurun hingga akhirnya terhenti pada abad XV. Selama empat abad peradaban di genggaman Umat Islam. Mereka adalah pakar kimia, matematika, logika, kedokteran, fisika, geografi, dan astronomi, dan lain-lain. Orang-orang Eropa banyak datang ke Universitas-universitas Islam diantaranya di Cordoba dan di Toledo (di Spanyol) untuk belajar dan kemudian menyalin buku-buku karya Ilmuwan Muslim. Sehubungan dengan ini Prof. Fuat Sezgin dari Universitas Frankfurt, yang menulils buku Geschichte des arabischen schriffturms (20 jilid) menemukan bahwa tidak sedikit karya Ilmuwan Muslim yang dibajak dengan jalan menyalinnya dalam bahasa latin dan kemudian dibubuhi nama penyalin itu sendiri sebagai ganti nama penulis aslinya.
Penyebab lain pudarnya kegemilangan sains dunia Islam adalah karena madrasah-madrasah teologi mengesampingkan seluruh ilmu kealaman dari kurikulum mereka kecuali astronomi dan matematika. Sikap ini mengakibatkan kemunduran Islam dalam penguasaan sains, antara lain : Pertama, Orang-orang Islam menghentikan kegiatan-kegiatan menyingkap hukum-hukum alam yang tersembunyi dan menemukan cara-cara mengeksploitasi kekayaan dan sumber-sumbernya sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Eropa. Kedua, Orang Islam yang menuntut ilmu-ilmu empiris kebanyakan terasing dari ilmu-ilmu agama. Ketiga, Penghapusan studi ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum madrasah-madrasah agama dan kurangnya hubungan dengan sumber-sumber ilmu modern menyebabkan munculnya dua kelompok aliran intelektual, sebagian kaum muslim di bawah kemajuan iptek Barat dan tanpa pengetahuan akan keterbatasan ilmu-ilmu empiris dan mencoba menginterpretasikan Al-Quran dan hadis sesuai dengan pengetahuan empiris mereka. Dan sebagian lain sarjana agama menganggap teori-teori ilmiah  bertentangan dengan doktrin-doktrin Islam dan menunjukkan serangannya terhadap sains.
Mengapa perjalanan sains di dunia Islam seolah-olah mendadak berhenti? Menjawab pertanyaan ini tidaklah sesederhana melontarkannya. Secara umum, faktor-faktor penyebab kematian sains di dunia Islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Menurut Profesor Sabra (Harvard) dan David King (Frankfurt) (Syamsuddin Arif, 2008) mengemukakan bahwa kemunduran itu dikarenakan pada masa berikutnya, kegiatan saintifik lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis agama.
Mehdi Golshani (Mizan, 2003) memberikan beberapa alternative upaya untuk membangkitkan kembali kegemilangan sains dan teknologi dunia Islam, antara lain : (1) Sebagaimana para ilmuwan abad keemasan Islam, umat Islam harus mempelajari seluruh ilmu yang berguna  dari orang lain. (2) Membangun kembali bentuk gabungan yang ad di antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu kealaman, karena titik akhir antara agama dan ilmu-ilmu kealaman tidak ada konflik. (3)Negara-negara muslim perlu mengambil langkah-langkah untuk melatih para spesialis di dalam segala bidang keilmuan dan industri yang penting. (4)Penyelidikan ilmiah harus dipikirkan sebagai sebuah pencarian penting dan mendasar, dan bukanlah pencarian yang sekedarnya.(5) Harus ada kerja sama antarnegara muslim dalam masalah riset tenologi dan keilmuan.
Tradisi berfikir ilmiah, realistis sekaligus idealis, namun tidak ‘jauh’ dari wahyu tentu saja perlu untuk menjadi modal dasar bagi perkembangan intelektualitas ummat selanjutnya. Gambaran tokoh-tokoh di atas yang dalam kurun dua dasawarsa telah menyumbangkan sebuah ‘kegemilangan sains dan teknologi Islam’ semoga mampu menjadi inspirator dan motivator bagi generasi muslim sekarang. Mungkinkah upaya ini masih banyak dibaca oleh generasi selanjutnya dan bisa menjadi dasar untuk bangkitnya ilmuan Islam selanjutnya? Semoga!!!




Tidak ada komentar: