MEMBANGKITKAN
KEMBALI
KEGEMILANGAN
SAINS DAN TEKNOLOGI
DUNIA ISLAM
Oleh : Yusuf
Hasyim , S.Ag*
(Artikel majalah
rindang kanwil Kemenag jateng)
Iftitah
George
Sarton sebagaimana dinukil oleh Mehdi Golshani (Mizan, 2003) mengakui bahwa
selama periode antara 750 M dan 1100 M, orang-orang Islam adalah
pemimpin-pemimpin dunia intelektual yang tak dapat disanggah, juga antara 1100
M dan 1350 M pusat-pusat belajar di dunia muslim secara global amat penting dan
menarik banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Setelah 1350 M orang-orang
Eropa mulai maju sementara dunia muslim tidak saja menjadi jumud, tetapi juga
telah gagal menyerap kemajuan yang dibuat di luar peradaban mereka.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi Umat Islam berkembang sedemikian pesat dan mengalami masa kegemilangan pada Abad VIII
ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh ternama yang membidangi berbagai disiplin
ilmu, antara lain: Pada Abad VIII muncul ilmuwan Ibnu Hayyan ,
yang dikenal dengan nama Geber di eropa adalah
filosof dan ahli logika. Ia juga ahli bidang fisika dan kedokteran, serta
kimia. Karya utamanya di bidang kimia. Ia mahir dalam kristalisasi, sublimasi,
distilasi, kalsinasi, dan sebagainya. Al-Khawarizmi. Dikenal algorism di Eropa . Bukunya “Al-Jabar wal muqobalah” sangat terkenal
di lingkungan Eropa dan diambil judulnya untuk nama suatu cabang Matematika. Ia
termasuk ahli geografi dan ia berhasil membuat tabel astronomis yang kini
disebut “algorithm” sebagai urutan langkah yang diambil dalam proses
menghitung. Al-Kindi, yang dilatinkan menjadi Alkindus. Ia adalah
filosof, juga ahli geografi. Ia juga bekerja dalam bidang kedokteran dan
matematika. Ia juga pandai fisika yang membahas tentang optika geometris,
gelombang bunyi, serta musik.
Setelah zaman puncak
ini pengembangan sains Umat Islam mulai menurun hingga akhirnya terhenti pada
abad XV. Selama empat abad peradaban di genggaman Umat Islam. Mereka adalah
pakar kimia, matematika, logika, kedokteran, fisika, geografi, dan astronomi,
dan lain-lain. Orang-orang Eropa banyak datang ke Universitas-universitas Islam
diantaranya di Cordoba dan di Toledo (di Spanyol )
untuk belajar dan kemudian menyalin buku-buku karya Ilmuwan Muslim. Sehubungan
dengan ini Prof. Fuat Sezgin dari Universitas Frankfurt, yang menulils
buku Geschichte des arabischen schriffturms (20 jilid) menemukan bahwa
tidak sedikit karya Ilmuwan Muslim yang dibajak dengan jalan menyalinnya dalam
bahasa latin dan kemudian dibubuhi nama penyalin itu sendiri sebagai ganti nama
penulis aslinya.
Penyebab lain pudarnya kegemilangan sains dunia Islam adalah karena
madrasah-madrasah teologi mengesampingkan seluruh ilmu kealaman dari kurikulum
mereka kecuali astronomi dan matematika. Sikap ini mengakibatkan kemunduran
Islam dalam penguasaan sains, antara lain : Pertama, Orang-orang Islam
menghentikan kegiatan-kegiatan menyingkap hukum-hukum alam yang tersembunyi dan
menemukan cara-cara mengeksploitasi
kekayaan dan sumber-sumbernya sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Eropa. Kedua,
Orang Islam yang menuntut ilmu-ilmu empiris kebanyakan terasing dari ilmu-ilmu
agama. Ketiga, Penghapusan studi ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum
madrasah-madrasah agama dan kurangnya hubungan dengan sumber-sumber ilmu modern
menyebabkan munculnya dua kelompok aliran intelektual, sebagian kaum
muslim di bawah kemajuan iptek Barat dan tanpa pengetahuan akan keterbatasan
ilmu-ilmu empiris dan mencoba menginterpretasikan Al-Quran dan hadis sesuai
dengan pengetahuan empiris mereka. Dan
sebagian lain sarjana agama menganggap teori-teori ilmiah bertentangan dengan doktrin-doktrin Islam dan
menunjukkan serangannya terhadap sains.
Mengapa perjalanan sains di dunia Islam seolah-olah mendadak
berhenti? Menjawab pertanyaan ini tidaklah sesederhana melontarkannya. Secara
umum, faktor-faktor penyebab kematian sains di dunia Islam dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Menurut Profesor Sabra (Harvard ) dan David King (Frankfurt ) (Syamsuddin Arif ,
2008) mengemukakan bahwa kemunduran itu dikarenakan pada masa berikutnya,
kegiatan saintifik lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis agama.
Tradisi berfikir ilmiah, realistis sekaligus idealis, namun tidak
‘jauh’ dari wahyu tentu saja perlu untuk menjadi modal dasar bagi perkembangan
intelektualitas ummat selanjutnya. Gambaran tokoh-tokoh di atas yang dalam
kurun dua dasawarsa telah menyumbangkan sebuah ‘kegemilangan sains dan
teknologi Islam’ semoga mampu menjadi inspirator dan motivator bagi generasi
muslim sekarang. Mungkinkah upaya ini masih banyak dibaca oleh generasi
selanjutnya dan bisa menjadi dasar untuk bangkitnya ilmuan Islam selanjutnya?
Semoga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar