Pendekatan Contecstual Teaching Learning dlm Pembelajaran PAI *
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan UU Sisdiknas di
atas maka salah salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh
iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri
kompetensi keluaran pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan takwa
serta memiliki akhlak mulia.
Bagi umat Islam, dan khususnya pendidikan Islam, kompetensi iman dan takwa
serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentingannya, dan
sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam. Dalam pandangan Islam
kompetensi imtak dan iptek serta akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Bagaimana peran khalifah
tersebut dapat dilaksanakan, diperlukan tiga hal (1) landasan yang kuat berupa
imtak dan akhlak mulia, dan (2) alat untuk melaksanakan perannya sebagai
khalifah adalah iptek. Dengan demikian tidak mengenal dikotomi antara imtak dan
iptek, namun justru sebaliknya perlu keterpaduan antara keduanya.
Berkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu dikaji
lebih lanjut ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 , Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya dan/ atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan
keagamaan merupakan salah satu bahan kajian dalam semua kurikulum pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum yang
terbaru yaitu Kurikuilum 2004 pada pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan
Agama merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik
bersama dengan Pendidikan Kewarganegaraan dan yang lainnya.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama
Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan
pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan
tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa
dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk
kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka
berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.
Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus
dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan
metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik
mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan
sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Salah satu metode pembelajaran yang dianjurkan digunakan dalam Kurikulum
2004 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pendekatan Kontekstual
atau Contextual Teaching Learning (CTL). Sehubungan dengan hal tersebut
maka dalam tulisan ini akan disajikan , mengapa pembelajaran PAI menggunakan
pendekatan kontekstual dan bagaimana mengimplementasikan pendekatan kontestual
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dengan diterapkannya model ini, diharapkan dapat membantu para guru agama
dalam mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang benar-benar
mempunyai kualitas keberagamaan yang kuat yang dihiasi dengan akhlak yang mulia
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Mengapa Pendekatan Kontekstual
menjadi Pilihan dalam PAI
- Mata
pelajaran PAI merupakan salah satu mata pelajaran pokok dari sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, yang bertujuan untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik serta memiliki akhlak
mulia dalam kehidupannya sehari-hari. Sejauh ini para guru berpandangan
bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang harus dihapal, sehingga pelajaran
PAI cukup disampaikan dengan ceramah sehingga pembelajaran di kelas selalu
berpusat pada guru. Dengan pendekatan kontekstual diharapkan siswa bukan
sekedar objek akan tetapi mampu berperan sebagai subjek, dengan dorongan
dari guru mereka diharapkan mampu mengkonstruksi pelajaran dalam benak
mereka sendiri, jadi siswa tidak hanya sekedar menghapalkan fakta-fakta,
akan tetapi mereka dituntut untuk mengalami dan akhirnya menjadi tertarik
untuk menerapkannya.
- Melalui
pendekatan kontekstual diharapkan siswa dibawa ke dalam nuansa pembelajaran
yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses
pembelajaran yang berbasis masalah ,penemuan (inquiri), independent
learning, learning community, proses refleksi , pemodelan sehingga
dari proses tersebut diharapkan mereka dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya.
- Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sesuai dengan tuntutan kurikulum 2004 harus
memenuhi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek
tersebut harus dikembangkan secara terpadu dalam setiap bidang kajian
agama, seperti akidah, syariah dan akhlak. Melalui pendekatan kontekstual
yang dibangun dengan berbagai macam metode, guru Agama Islam dapat memilih
bagian mana yang cocok untuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
C. Pendekatan CTL dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Implementasi Kurikulum 2004 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sangat tergantung pada penguasaan guru akan materi dan pemahaman mereka dalam
memilih metode yang tepat untuk materi tersebut. Salah satu metode yang saat
ini dianggap tepat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pendekatan
CTL Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan CTL adalah pemahaman
guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan
tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru – guru PAI
mengenai strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan diterapkan oleh
para guru Pendidikan Agama Islam di dalam kelas secara sederhana.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916)
yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang
tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data,
memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok
Dalam kurikulum 2004, guru PAI dapat menggunakan strategi pembelajaran
kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih
mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru,
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan
masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki
motivasi tinggi untuk belajar.
Beberapa hal yang harus diperhatikan para guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengimplementasikan pendekatan kontestual :
1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengobservasi suatu
fenomena, misalnya :
- Menyuruh
siswa untuk menonton VCD tentang kejadian manusia, rahasia Ilahi, Takdir
Ilahi, tentang Alam Akhirat, azab Ilahi , dan sebagainya.
- Menyuruh
siswa untuk melaksanakan shaum pada hari senin dan kamis, membayar zakat
ke BAZ, mengikuti sholat berjamaah di masjid, mengikuti ibadah qurban,
menyantuni fakir miskin
Langkah kedua yang dilakukan oleh guru adalah memerintahkan siswa
untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul.
Setelah menonton VCD atau mendengarkan kisah-kisah Al Qur`an, siswa
diharuskan membuat catatan tentang pengalaman yang mereka alami, melalui
diskusi dengan teman-temannya.
Setelah mengamati dan melakukan aktivitas keagamaan siswa diwajibkan untuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul serta mereka dapat mengungkapkan
perasaannya kemudian mendiskusikan dengan teman sekelasnya.
Langkah ketiga tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah merangsang
siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang ada.
Langkah keempat guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa agar
mereka berani bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang
berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk Memperoleh
Pengalaman Belajar
Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah, keluarga
dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penugasan kepada
siswa di luar kelas. Misalnya mengikuti sholat berjamaah, mengikuti sholat
jum`at, mengikuti kegiatan ibadah qurban dan berkunjung ke pesantren untuk
mewawancarai santri atau ustadz yang berada di pesantren tersebut. Siswa
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dari kegiatan yang mereka
lakukan mengenai materi yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3. Memberikan Aktivitas Kelompok
Di dalam kelas guru PAI diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran
dengan membentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa di bagi kedalam beberapa
kelompok yang heterogen. Aktivitas pembelajaran kelompok dapat memperluas
perspektif dan dapat membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan
orang lain. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam mempraktekan
metode ini adalah :
·
Pembentukan kelompok
·
Mendatangkan ahli ke kelas, misalnya Tokoh Agama, Santri
atau Ulama dari pesantren,
·
Bekerja dengan kelas sederajat,
·
Bekerja dengan kelas yang ada di atasnya
4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri
Melalui aktivitas ini peserta didik mampu mencari, menganalisis dan
menggunakan informasi sendiri dengan sedikit bantuan atau bahkan tanpa bantuan
guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana
mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan
menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran
kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang
cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya
dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5. Menyusun Refleksi
Dalam melakukan refleksi, misalnya ketika pelajaran berakhir siswa
merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka peroleh dari pelajaran tentang
sholat berjama`ah, (*Diunduh dari Jardiknas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar