PEMIKIRAN DAN ALAM PEMBAHARUAN
MODERNISASI ISLAM
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah modern Arab tidak dimulai
hingga munculnya dinasti Muwahhidun (yang bertauhid) pada pertengahan abad
ke-18. kelompok ini mengusung gerakan pembaharuan puritan yang didirikan oleh
seorang Nejed dari suku ‘Uyainah bernama Muhammad ibn Abd al Wahab (w. 1792).
Setelah mengembara di Hijaz, Irak dan Suriah Ibn Abd al Wahhab pulang ke tanah
air dengan menanamkan pemikiran bahwa Islam, seperti yang dipraktekkan oleh
umat pada zaman itu, telah mengalami penyimpangan besar-besaran dari praktik
ortodok dan teori yang diajarkan oleh Nabi dan Al Qur an. Kemudian dia
menetapkan diri untuk memurnikan ajaran Islam , dan menyelamatkannya ke dalam
bentuk ajaran terdahulu yang ketat.[1]
Jelas, bahwa
Ibn Abd Wahhab mendapatkan gagasannya dari ajaran Ibn Hanbal yang ditafsirkan
oleh Ibn Taymiyah. Dan dia menjadikan Muhammad Ibn Su’ud (1765), yang kemudian
menjadi pemimpin kecil kawasan Arab Tengah, menjadi sekutu dan menantunya.
Persekutuan ini berhasil menyebarkan keyakinan agama, dan kekuasaan Ibn Su’ud
dengan sangat cepat menyebar ke seluruh
Jazirah Arab. Pengikut Abd al Wahhab kemudian dikenal dengan nama golongan
Wahabi, yang pengaruhnya terasa hingga di Sumatra dan Nigeria .[2]
Akan tetapi,
setelah ditaklukkannya kekuasaan Islam di Spanyol oleh kolaborasi pasukan
salib, maka sejak saat itu pula muncullah tekanan terhadap Negara-negara yang
berideologi keislaman oleh Hegemoni Barat. Pada abad 19 dan awal abad 20
didorong oleh kebutuhan ekonomi industri terhadap bahan-bahan baku dan pemasarannya dan juga oleh kompetisi
politik dan ekonomi satu sama lain, Negara-negara Eropa mulai melakukan
ekspansi untuk menegakkan kerajaan teritorial dunia. Dan pada 20 awal abad
kekuatan Eropa hampir menguasai seluruh Dunia Islam, kecuali kekuasan Dinasti
Su’ud yang sudah berkuasa penuh di Jazirah Arab dengan kerajaan Saudi
Arabia-nya.
Akibatnya pada waktu itu masyarakat
Islam hidup dalam keadaan yang tidak stabil serta tidak mapan baik dalam
pelaksanaan keagamaan maupun dalam sistem kebudayaannya. Karena keperluan yang
mendesak dan sangat urgen pada waktu itu adalah bagaimana mereka menggerakkan
kekuatan yang ada agar terlepas dari dominasi penjajahan Bangsa Barat.[3]
Namun
demikian, upaya untuk terus mempertahankan nilai-nilai agama dan kebudayaan
Islam terus dipertahankan. Pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan yang di
dalamnya mencoba untuk mengusung ide-ide pengadopsian metode baru yang di bawa
oleh penjajah Eropa tanpa harus kehilangan identitas dan kepercayaan diri. Para
alumni sekolah-sekolah Eropa mulai mengepresikan ide-ide mereka melalui media massa , seperti surat
kabar dan jurnal. Ide-ide mereka yang dominan adalah melakukan reformasi
terhadap hukum Islam, membentuk baris baru yang independen, persamaan hak
kewarganegaraan dan nasionalisme.
Meskipun persoalan mendasar pada waktu itu (dan kini) adalah keterbelakangan
umat Islam terutama menyangkut kemampuan IPTEK sebagai alat penting untuk mempertahankan
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa harus mengesampingkan agama,
politik, ekonomi dan budaya masih menjadi kendala. Namun hal itu tidak
menjadikan ide pemikiran dan pembaharuan Islam menjadi surut. Bahkan hal itu
kemudian dijadikan sebagai landasan dan ladang amal bagi para ulama dan
cendikiawan muslim, untuk terus mengembangkan teknologi yang berbasis
keislaman.[4]
B.
Rumusan Masalah
Berawal dari
pemikiran diatas, maka dalam makalah ini ajakan diuraikan beberapa poin tentang
Pembaharuan Pemikiran Islam, yang bewrtujuan untuk mereflesikan dan
merekontruksi perilaku dan pengamalan ajaran Islam di dalam usaha untuk
mempertahankan ideology ajaran Islam yang Mulia. Semua pembaharuan itu
dirumuskan dalam rumusan senagai berikut:
- Apakah yang melatar belakangi munculnya
gerakan modernisasi Pembaharuan Pemikiran Islam?
- Apa sajakah aspek–aspek yang disentuh
dalam gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam ?
- Bagaimana pengaruh pemikiran dan pembaharuan
di dunia Islam?
C.
Kajian Pustaka
Kajian
tentang Pembaharuan Pemikiran dan Modernisasi Islam sudah banyak dilakukan oleh
para pakar cendikiawan Muslim , diantaranya adalah yang dilakukan oleh Harun
Nasution , Hasbi ash Shiddiqy, M. Arkoun bahkan oleh para orientasi seperti
Phillip K. Hitti, Stoddard dan sebagainya . Dari beberapa kajian yang telah
mereka lakukan penulis mnecoba untuk lebih memaparkan tentang aspek –aspek yang
menjadi garapan para pemikir dan pembaharu Islam dalam usahanya untik
membangkitkan dan membangun kembali kejayaan Islam.
Selain itu penulis mencoba untuk mengetengahkan
pula beberapa kendala yang muncul pda saat ide –ide pembaharuan diketengahkan .
Tantangan yang muncul bukan hanya berasal dari kalangan non – Muslim , tetapi
juga berasal dari kalangan Muslim itu sendiri yang merasa tidak siap dengan
pembaharuan yang ditawarkan oleh mereka .
D. Metodologi
Metode penulisan yang digunakan penuis
pada makalah ini mencakup 3 hal pokok
yaitu :
- Pendekatan
Karena
penulsan ini bersifat pemaparan peristiwa yang telah terjadi maka tentu
pendekatan yang diambil adalah pendakatan secara histories atau berupa Telaah
Histors terhadap berbagai peristiwa yang terkait dengan munculnya gerakan
Pembaharuan dan Pemikiran Islam .
Selain itu
penulis juga akan memaparkan sedikit tentang pengaruh ide –ide Pembaharuan
Pemikiran Islam Dan ranah – ranah yang menjadi garapan mereka dalam usah untuk
membangkitkan kembali kejayaan Islam.
- Pengumpulan
Data
Data-data
yang penulis sajikan tentang masalah ini penulis ambil dari studi literature
(studi pustaka), terhadap buku-buku yang penulis anggap bias untuk dijadikan
sebagai sumber rujukan. Selain itu penulis juga akan mengetik dari berbagai
juranal yang penulis ambil melalui media Internet.
- Tehnis
Pembahasan
Tehnis
pembahasan Makalah ini bersifat naratif deduktif, dimana penulis mencoba memaparkan
beberapa fakta sejarah yang bersifat umum untuk kemudian dikerucutkan menjadi
suatu konklusi khusus tentang pembaharuan pemikiran Islam.
Sistematika Penulisan
makalah ini terdiri dari:
- Bab I Pendahuluan, yang meliputi:
a. Latar Belakang masalah
b. Rumusan Masalah
c. Kajian Pustaka
d. Metodologi, mencakup pembahasan:
i.
Pendekatan
ii.
Pengumpulan Data
iii. Tekhnis
Pembahasan
e. Sistematika Penulisan
- Bab II Latar Belakang Pembaharuan
Pemikiran Islam,meliputi:
a. Kebangkitan Dunia Islam
b. Sebab-sebab terjadinya Pembaharuan Pemikiran Islam, mencakup:
i.
Tumbuhnya
Kesadaran berideologi
ii. Tumbuhnya
Kesadaran di Bidang Politik dan ekonomi
iii.
Menghidupkan Kembali Masjid sebagai Pusat Pembinaan Umat
- Bab III Aspek-aspek Pembaharuan dalam
Pemikiran Islam, Meliputi:
a. Bidang Keagamaan (theologi)
b. Bidang Politik
c. Bidang hokum dan HAM
d. REkonstruksi Fungsi Akal
- Bab IV Pengaruh Pemikiran dan Pembaharuan
di Dunia Islam
- Bab V Kesimpulan dan Penutup
BAB II
LATAR BELAKANG PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM
A. Kebangkitan Dunia Islam
Tidak lama setelah kedudukan Dunia
Islam sampai pada titik terendah dan hina, pada awal abad XX timbul sengketa
diantara Negara-negara Islam, sehingga pecahlah Perang Dunia I yang disusul
dengan Perang Dunia II yang mengubah peta politik dunia pada waktu itu yang
akhirnya cendenerung menguntungkan dunia Islam.
Kedatangan Napoleon ke Mesir menjadi
satu peristiwa penting yang menandai terbitnya zaman baru diberbagai bidang,
yang sepenuhnya berbeda dengan masa lalu. Sambil membawa perlengkapan lain,
penyerbu daru Perancis ini membawa mesin cetak berbahasa Arab yang ia rampas
dari Vatikan ke Kairo. Dan mesin cetak ini merupakan mesin pertama yang dikenal
di lembah sungai Nil, yang kemudian menyebabkan berkembangnya dunia percetakan
di Mesir dengan sangat pesat sehingga didirikannya Matba’ah Bulaq (percetakan bulaq).[5]
Kesempatan untuk bangkit dari
keterpurukan ditandai dengan kemerdekaan yang tercapai oleh Negara-negara Islam
silih berganti. Masa kedaulatan orang kulit putih telah berakhir disebabkan
oleh kebudayaan mereka yang telah kehilangan
ruh. Mereka tidak lagi mempunyai konsepsi, dasr dan nilai yang dapat
diberikan kepada kemanusiaan secara keseluruhan.
Situasi ini dimanfaatkan oleh umat
Islam untuk menoleh kembali kepada sejarah kejayaan mereka untuk menemukan
identitas kembali setelah masa kegelapan sekaligus untuk mendapatkan bimbingan
hidup dalam menghadapi keadaan dan persoalan yang serba sulit dan berat dalam
dunia modern sekarang ini, untuk kembali kepada kejayaan terdahulu.[6]
Vitalitas
baru di kalangan umat Islam ini juga membawa kebangkitan dalam arti religius
diantara mereka. Umat berusaha untuk mengembalikan kemurnian ajaran agama Islam
sebagai upaya untuk mendasari langkah-langkahpembaharuan sehingga hasilnya tetap
mempunyai nilai-nilai yang dapat mernghiasi kemanusian secara utuh dan
menyeluruh. Karena Islam memiliki ideology dan prinsip-prinsip tersendiri yang
berhubungan dengan dogma, hokum, moral, cita hak dan kewajiban. Islam tidaklah
bisa dibatasi oleh tempat, ras, kebangsaan atau warna kulit.[7]
B.
Latar belakang Terjadinya Pembaharuan Pemikiran Islam
Umat Islam
pada waktu itu tampak sangat paradoks; di satu sisi menentang kemajuan Eropa,
sementara di sisi lain menerima, dan mengadopsi ide-ide serta teknik-teknik
Eropa. Kecakapan baru yang didapatkan dari Eropa digunakan untuk melawan Eropa.
Dari sekian banyak gagasan baru yang diimpor dari Barat, nasionalisme dan demokrasi politik tak pelak lagi merupakan gagasan
yang paling kuat menanamkan pengaruh. Guna menilai baik dan buruk, asli dan
tidaknya sesuatu maka haruslah ditarik garis pemisah yang jelas antara yang
murni dan yang tambahan. Sehingga dapat dibedakan antara yang satu dengan yang
lainnya.[8]
Pembaharuan
akan timbul apabila sesuatu yang telah ada sudah tidak dapat lagi bertahan
untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, menjawab aneka ragam tantangan akan
kepentingan karena sudah dianggap usang oleh waktu. Kesadaran dan keinginan itu
biasanya muncul pada kalangan yang telah banyak melihat dunia luar. Bagi mereka
yang tidak pernah melihat dunia luar maka hal semacam itu akan dianggap aneh
dan asing.
Mesir, pada
akhir abad ke-19 menyediakan lahan yang cukup subur bagi tumbuhnya iklim
intelektual dan perkembangan berbagai konsep berkat sebagian besar tulisan dan
pidato pembaharu liberal; Muhammad Abduh (1849-1905) dan Jamal al Din al Afhany
(1839-1897), kemudian diteruskan oleh Qasim Amin (w.1908) dan Muhammad Rasyid
Ridha (w. 1935). Beberapa hal yang menjadi latar belakang munculnya gerakan
Pembaharuan dan Pemikiran Islam antara lain:
- Tumbuhnya
kesadaran berideologi
Lenyapnya
penjajahan dari sebagian besar Negara Islam bukan berarti lenyap pula
penjajahan di bidang politik dan ideologi. Ia masih melekat dalam kalbu setiap
insan yang mengagumi dunia Barat, kurang percaya terhadap apa yang mereka
milki. Sehingga mereka beranggapan bahwa apa yang berasal dari dunia Barat
pasti baik dan akan membawa kebahagiaan dan kemajuan umat. Penyakit ini oleh
Abul Hasan Bani Sadr disebut dengan penyakit “westtomania”, yaitu penyakit yang muncul akibat proses Barat kepada
dunia Islam (westoxican).[9]
Termasuk
dalam bidang pengamalan keagamaan, umat Islam akhirnya melihat bahwa ideologi mereka adalah berada diatas
segalanya. Karena Islam adalah proklamasi yang lengkap bagi kemerdekaan otak
manusia dalam menghadapi alam kebendaan. Islam adalah pemberitahuan umum
tentang kebebasan otak manusia dalam menghadapi alam kebendaan. Islam adalah
pemberitahuan umum tentang kebebasan otak untuk bekerja dan menciptakan dalam
daerah yang luas sebagai fungsi khalifah dalam diri manusia. Di bawah naugan
Islam telah berkembang suatu kebudayaan yang dempurna, lengkap dengan alat dan
cara berkembang menuju perbaikan dan kemajuan. Kesemuanya berjalan dalam
batas-batas fitrah sehingga tidak bertentangan dengan wujud dan cirri-ciri
pokok manusia yang berharga. Dalam bidang kebudayaan yang senantiasa bergerak
maju dan dinamis, ditunjukkan adnya “cltural
diversity” yaitu adanya kebhinekaan kebudayaan di berbagai kawasan dunia
Islam. Warna warni budaya yang muncul karena perbedaan tempat, adat istiadat,
dapat berkembang dengan dinamis dan terarah karena tetap dalam ikatan ruh dan
spiritual ajaran-ajaran Islam yang luhur.[11]
- Kesadaran
di bidang politik dan ekonomi
Pada
tahun 1945, berdirilah Liga Arab sebagai suatu organisasi kenegaraan pertama
yang melibatkan 20 negara Islam Timur Tengah dan Afrika. Tujuan Liga Arab pada
awalnya hanya untuk memeperkuat tali silaturahmi diantara Negara-negara anggota
dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegatan kebudayaan saja. Akan tetapi kemudian
berkembang hingga ke bidang politik, ekonomi, osial, budaya, milter,legal
affair, kesehatan dan HAM.[12]
Selanjutnya pada tahun 1962
berdirilah World Moslem League yang dikenal dengan nama Rabithah”Alam Islamy,
yang lebih menitik beratkan kepada kegiatan-kegiatan di bidang edukatif, sosial
dan dakwah. Organisasi ini kemudian mendirikan Pusat-pusat Studi keislaman (Islamic Centre) di berbagai tempat di
dunia dan perwakilannya tersebut hingga keseluruh pelosok Negara.
Meski tidak langsung bergerak di
bidang poitik, namun Rabithah ‘Alam Islamy selalu mengadakan analisa politik
tentang keadaan umat Islam dibeberapa Negara non muslim seperti Filippina , Somalia ,
India , Ethiopia , erithria dan sebagainya.
Mereka bahkan mempunyai kantor-kantor perwakilan bidang politik di PBB dan
organisasidunia lainnya.
Di bidang ekonomi pada tahun 1970
berdirilah satu lembaga keuangan Islam yang dikenal dengan nama “Islamic foreign Minister Conference”,
kemudian disusul dengan berdirinya Bank Pembangunan Islam atau Islamy lit Tanmiyah.[13]
- Menghidupkan
Kembali Masjid sebagai Pusat Dakwah Pembinaan Umat
Setelah
sekian lama Masjid hanya difungsikan sebagai tempat ibadah ritual dalam arti
sempit dan hanya dikunjungi pada saat temporer saja , maka tempat yang
sebenarnya menjadi tmpat paling strategis dalam Pembinaan Umat Islam kembali difungsikan sebagaimana
mestinya . Atas prakarsa Rabithah Alam Islamy ,diadakan suatu musyawarah dengan
nama “Muktamar Ihyai Risalati Masjid “ yang dihadiri oleh para Imam Masjid
besar Negara-negara Islam dan para cendikiawan
Muslim di seluruh dunia . Dalam muktamar ini terbentuklah Masjid A’la al
Alamy lil masjid yang berpusat di Mekah al Mukaromah . Diantaranya program
–programnya antara lain :
1. Membina pandangan hidup muslim agar selalu berlandaskan pada kitab
Allah dan Sunnah.
2. Membasmi infitrasi pikiran dan system didup yang bertentangan
dengan ajaran Islam.
3. Memperjuangkan kemerdekaan para Da’I dari tekanan-tekanan apapun
dan halanagn pelaksanaan misi dan fungsi masjid.
4. Menjaga kehormatan masjid dari setiap tindakan yang merugikan demi
kesucian dan mengembalikan masjid kepada fungsi aslinya.
5. Membela hak dasar Islam dan mengatasi tindakan serta ketentuan yang
mempersempit kemerdekaannya.[14]
BAB III
ASPEK-ASPEK PEMBAHARUAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM
A.
Pembaharuan di Bidang Keagamaan (Theologi)
Pada ranah
ini, garakan pemikiran yang dilakukan adalah dengan merekonstruksi pemahaman
umat Islam tentang ajaran Islam setelah mereka lama terkungkung oleh masa
kejumudan dan taklid buta.
Pada masa itu terdapat 2 sikap yang
berseberangan dengan keberadaan pengaruh Barat pada dunia Islam. Sikap yang
pertama adalah muncul dari golongan yang meruju’ ke pandangan ala wahabi, yaitu
gerakan mensucikan Islam dari segala Khurafat dan Bid’ah yang dibarengi dengan
berlebih-lebihan. Memaksakan kehendak dengan jalan kekerasan, yang pada
akhirnya gerakan ini hanya menghasilkan sekelompok ulama yang bertaklid buta
dan anti perubahan (fundamentalis/Islam kiri).
Sikap kedua muncul dari kelompok
yang cenderung mengikuti aliran materialisme Barat. Tak segan menegsikan peran
wahyu dan intuisi sebagai sumber kebenaran selainnya. Penuhanan terhadap akal
sangat kentara dalam pemberian interpretasi pada ayat-ayat tentang mukjizat
kenabian sebelum Muhammad Saw. yang suprarasional, di luar kebiasaan (khariqul
‘adah ). Hal-hal yang terlihat berada diluar kebiasaan, dalam al-Quran,
ditafsirkan dengan sesuatu yang harus rasional. Pemerkosaan terhadap “tafsir”
akhirnya menghasilkan budaya materialisme.[15]
Oleh para pembaharu, kondisi yang
kontradiktif ini kemudian dijadikan acuan untuk mengembalikan fitrah manusia
sebagai khalifah. Dengan sebuah rekonstruksi syari’ah yang lebih berdimensi
humanis dan dinamis. Untuk menggapai tujuan tersebut diperlukan 2 syarat
mutlak, yaitu ; pertama dengan memberi kebebasan pada akal untuk mengembangkan
potensinya serta membuang jauh-jauh sikap taklid buta. Kedua, manakala akal
sudah sampai pada keterbatasannya, maka dengan rasa tawadlu segalanya harus
dikembalikan kepada Allah. Karena ada segudang hikmah yang terkandung dalam
ayat-ayat Allah, yang terkadang tak tertangkap oleh akal manusia.
Aspek ini kemudian dikembangkan oleh
para pembaharu pemikiran Islam menjadi sebuah gerakan Theologis (keagamaan) di
berbagai belahan dunia Islam, bersamaan dengan gerakan kebangsaan untuk
kemerdekaan negara-negara Islam yang pada saat itu masih berada di dalam
genggaman bangsa Eropa.[16]
Sehingga pada saat itu gerakan pembebasan negara-negara Islam yang didengungkan
menjadi sebuah trend yang akhirnya memaksa Barat yang menguasai negara-negara
Islam untuk keluar meninggalkan jajahannya.
B.
Pembaharuan di Bidang Poitik
Gerakan anti kolonialisme pertama
kali didengungkan oleh Jamaluddin Al Afghani dengan membentuk suatu ikatan
plitik untuk mempersatukan seluruh umat Islam (Jam’iyyah Islamiyah atau pan
Islamisme). Gerakan yang diusung oleh al Afghani ini pada awalnya adalah
gerakan theologies yang bertujuan untuk menyatukan gerakan keagamaan umat Islam
yang pada saat itu terbagi ke dalam 2 kelompok besar, Fundamentalis dan
Sekuler. Ikatan yang didasarkan kepada solidaritas akidah Islam bertujuan untuk
membina kesetiakawanan dan persatuan umat Islam dalam perjuangan, menentang
tiap pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang dan menggantikannya dengan
sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah serta menentang kolonialisme
dan dominasi Barat.
Reformasi politik yang hendak
diajarkan adalah pelaksanaan ajaran Islam tentang musyawarah melalui dewan
konstitusi dan badan perwakilan rakyat, pembatasan terhadap kekuasaan dan
kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan
kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasii politik dan sekaligus
membebaskan Dunia Islam dari Barat. Republik adalah sistem pemerintahan yang
diusung oleh para pembaharu.[17]
C.
Pembaharuan di Bidang Hukum dan HAM
Sejalan dengan rekonstruksi
pemikiran di bidang politk, maka bidang hukum dan HAM juga tak luput dari
garapan para pembaharu. Kekuasaan yang selama ini didominasi oleh pejabat korup
dan nepotisme mulai dibuka dan diperlihatkan fakta-faktanya kepada publik
melalui media massa
dan jurnal-jurnal yang beredar di kalangan mahasiswa di berbagai perguruan
tinggi. Kesamaan hak yang selama ini menjadi barang barang langka mulai
disuarakan . Sehingga tak heran banyak para pejabat yang tak suka dengan sepak
terjang para pembaharu.
Penyuaraan persamaan hak di antara
manusia mulai gencar disuarakan. Bukan hanya terbatas pada ranah sosial
kemasyarakatan, tetapi dalam hal pengalaman keagamaan pun persamaan hak sering
kali digulirkan. Sebagai contoh adalah usulan untuk memperoleh pendidikan yang
baik dan penghidupan yang layak, penghapusan poligami, pelepasan jilbab, dan
hak waris yang selama ini dibedakan.[18]
Dari pendidikan yang baik ini
kemudian lahirlah generasi-generasi muda Islam yang berani, tangguh, dan
mempunyai komitmen tinggi untuk mengusung semangat keislaman dalam setiap
gerakan pembaharuan yang mereka lakukan. Dan inilah yang menjadi tujuan
sebenarnya dari gerakan pembaharuan pemikiran Islam pada saat itu, yaitu
menciptakan generasi Islam yang tangguh dan berwibawa untuk membangkitkan
kembali dunia Islam yang masih terpuruk dan berada di dalam genggaman bangsa
Eropa.
BAB IV
PENGARUH PEMBAHARUAN BAGI KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
Di seputar periode ini ada 3 fenomena yang terjadi terkait dengan Islam dan
gerakan pembaharuan yang menjadi dasar dari sejarah modern umat Islam, yaitu ;
reformasi, identifikasi dan afimasi. Dengan terkumpulnya 3 hal tersebut akan
memberikan aspek dinamis yang sebelumnya telah demkian meredup di dunia Islam.
Upaya
identifikasi lantas bergerak sebagai proses pencarian otentitas yang memberi
dasar legitimasi untuk membedakan diri dari kaum kolonialis Barat, baik
kapasitas maupun yang marxis. Sementara keniscayaan untuk melakukan reformasi
yang pada mulanya serta secara tidak sadar cenderung meniru Barat kemudian
bergeser sebagai tonggak pembaharuan Islam.
Pada
konteks ini reaksi Islam tehadap Barat tampak menggema sebagai tindakan yang
berorientasi ganda : satu sisi menjadikan Barat sebagai model keunggulan di
bidang sains dan teknologi ; di sisi lain sebagai subyek serangan dan
perlawanan. Di sini, afirmasi (penangguhan) tentang keunggulan Islam sebagai
basis ideologi merupakan prcampuran antara glorifikasi (ingatan akan kejayaan)
di masa lalu dan kesadaran terhadap perlunya pembaharuan doktrin ajaran atau
pemahaman keagamaan mereka. Dan fenomena responsif seperti ini adalah suatu
kewajaran.[19]
Secara
umum gerakan pembaharuan Islam yang muncul dari berbagai aliran dan wilayah
yang berbeda ini memiliki premis intelektual yang sama, yaitu pertama Islam
tidak dapat disalahkan atas dekadensi nyata yang diderita oleh dunia Islam.
Segala keburukan itu harus dinisbathkan kepada umat Islam yang belum dapat
hidup identik sesuai dengan ajaran agamanya. Kedua, Islam adalah agama rasional
yang senantiasa mengispirasi dan menuntut kemajuan umatnya.
Dari sinilah
muncul seruan-seruan untuk melakukan gerakan pemurnian pemahaman dan
implementasi ajaran agama untuk kembali kepada sumber orientas agama asli
dengan memakai pemikiran kritis dan merdeka.
Gerakan
pembaharuan Islam pada mulanya memang tampil sebagai kombinasi antar “konservatisitas”
dan “progresivitas”, yakni perkawinan antara upaya mendobrak dominasi pemikiran
madzhabi abad pertengahan melalui kembali kepada sumber otentik Islam: al-Quran
dan al-Hadits, dengan ikhtiar berupa ijtihad baru yang senantiasa kreatif
memanfaatkan kemajuan pengetahuan modern yang telah digapai oleh barat.
Kemudian, gerakan ini mengemuka ke dalam 2 aliran utama: “reformis” dan “modernis”. Kalangan
reformis melihat esensitas ketertarikan gerakan dengan nilai-nilai Islam
guna menentang pengaruh kebudayaan materialis asing. Anjuran kembali kepada
ortodoksi ini tentu tidak menghalanginya untuk meninggalkan formulasi-formulasi
klasik tertentu tentang ajaran Islam. Bagi mereka tiap kebangkitan adalah harus
dimulai dengan reformasi keagamaan. Kalangan modernis yang melihat pentingnya
referensi agama bagi gerakan Islam cenderung terbuka menerima prinsip-prisip
sekuler, khususnya dalam pemikiran politik mereka . Kombinasi 2 hal inilah yang
dipercaya mampu melempangkan jalan bagi kebangkitan kembali dunia islam ke
panggung sejarah dan peradaban.[20]
Pengaruh yang sangat nyata nampak pada gerakan pembebasan dari cengkraman
penjajah (Barat), yang dimulai oleh Iraq untuk menentang dan mengusir Inggris
dari tanah mereka pada tahun 1920. Yang selanjutnya disusul oleh Suriah,
Libanon, Jordan dan seterusnya.[21]
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah,
pertelingkahan gerakan pembaharuan pemikiran yang dipelopori oleh beberapa
tokoh Islam di beberapa wilayah yang pada gilirannya menginspirasi gerakan
sejenis di belahan dunia Islam lainnya. Dalam beragam corak dan orientasinya
gerakan pembaharuan Islam senantiasa menyuarakan ide dinamisasi, emansipasi,
dan otentifikasi. Sebab Islam dipandang sebagai ajaran yang mendorong umatnya
untuk bersifat optimis, rasional, dan dinamis. Islam juga terbukti menjadi
landasan atau setidaknya referensi ideologis yang kuat bagi amplifikasi
(penguatan) perlawanan menentang penjajahan dan dominasi eksternal (Barat)
maupun represi dan absolutisme internal (penguasa diktaktor).
Lebih dari pada itu semua, Islam dengan beragam kadar tingkatannya juga
selalu menarik untuk dijadikan simbol identitas yang memberi dasar argumentasi
orisinalitas (otentisitas) perjuangan umat Islam. Beberapa rumusan
konseptualisasi seperti; pentingnya purifikasi (pemurnian) pemahaman Islam dari
takhayul dan sejenisnya; perlu dibukanya kembali pintu ijtihad; seruan untuk
kembali kepada sumber asli ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah; serta
ajakan kemerdekaan berfikir diamping keyakinan bahwa Islam bersifat kompatibel
(mampu berkesesuaian) dengan perkembangan intelektual pada zamannya; kesemuanya
itu kiranya kiranya kiranya dapat dipahami sebagai bagian dari upaya dan
cita-cita besar umat ini untuk dapat menyaksikan kembalinya peradaban dan
kebudayaan dunia yang bersandar kepada tatanan moralitas yang menghormati
nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan universal.
Kebangkitan Dunia Islam dari keterpurukannya – selama kurang lebih 8 abad -
telah membuktikan bahwa Islam mampu bertahan dari segala serangan ideologi yang
hendak menghancurkannya, yang kemudian ideologi tersebut berkembang tidak hanya
menyerang ranah theologi, tetapi juga menyerang dunia Islam dari ranah-ranah
lain, terutama politik dan ekonomi. Akan tetapi kesadaran bahwa Islam adalah agama
yang rahmatan lil ‘alamin, telah membuat umatnya untuk selalu maju dan
berkembang dengan kekuatan yang dimilikinya. Wallahu a’lam.
B. Penutup
Inilah makalah tentang Pembaharuan Pemikiran Islam yang dapat kami susun
dan kami sampaikan. Jelas sekali masih terlihat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam pemaparan maupun penyampaian analisanya yang kurang
tajam. Oleh sebab itu kritik yang membangun sangat kami harapkan terutama dari
dosen pembimbing, untuk perbaikan makalah ini serta perbaikan pemikiran kami di
masa datang, Wallahu A’lam.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Anshori, Journal Of Islam, edisi VI, tahun II. Jakarta , 20 Juni 2007.
A. Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta , 1993.
Faisal
Ismail, Pijar-pijar Islam, LESFI, Jogjakarta , 2004.
Imam
Munawwir, Kebangkitan Islam. Bina Ilmu, Surabaya ,
1984.
Journal Of
Islam, Biography of Jamaluddin al Afghany,
edisi I, tahun II, 2007.
Journal Suara
Mesjid, Edisi VII, tahun 12 Rabi’ul Awwal 1412 H.
KamaruzzamanBustaman,
Islam Historis, Galang Press, Jogjakarta , 2002.
L. Stoddard, Dunia Baru Islam, PANITIA, Jakarta , 1966.
Malik Bin
Nabi, Membangun Dunia Baru Islam, Mizan
Bandung, 1981.
Muhammad
Ghallab, Inilah Hakikat Islam, Bulan
Bintang, Jkarta, 1965.
Munthoha, Pemikiran dan Peradaban Islam , UII
Press, Jogjakarta ,
2005.
Murtadho
Mutthahari, Gerakan Islam Abad XX,
sejarah Pemikiran dan Pergerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1986.
M.
Arkoun dan Louis Gardet, Islam Kemarin
dan Hari Esok, Pustaka, Bandung ,
1997.
Philip
K. Hitty, History of The Arabics
(terjemahan), Serambi Ilmu Semesta, Jakarta ,
2005.
Saefuddin
Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam, PT.
Al Ma’arif, Bandung ,
1981.
[1] Philip K. Hitty, History of
the Arabs, Jakarta ;
Serambi Ilmu Semesta, 2002. P. 948
[2] Ibid…………………………………p. 949
[3] Potensi menggerakkan kekuatan tersebut telah menyita banyak energi,
sebab pada saat itu pula umat Islam belum bisa bangkit dari keterpurukan mereka
akibat gerakan Renaissance Barat. Munthoha, Pemikiran
dan Peradaban Islam. Jogjakarta ;
UII Press, 2002. P. 83-84
[4] Ibid. P. 93
[5] Philip K. Hitty, History of……………………p.
954
[6] Muhammad Ghallab, Inilah
Hakikat Islam, Jakarta ;
Bulan Bintang, 1965. P. 31
[7] Imam Munawir, Kebangkitan
Islam, Surabaya ,
Bina Ilmu, 1984. P. 322
[8] Philip K. Hitty, History of the Arabica. Jakarta , Serambi Ilmu
Semesta, 2005. P.65
[9] Imam Munawwir, Kebangkitan…………………. P. 322
[10] Sikap semacam ini merupakan
pancaran dari sikap demokrasi yang terkandung dalam motto “al mukhafadzatu bil
qodimis shalih, wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Melestarikan budaya yang
dianggap masih relevan serta mengganti budaya-budaya yang sudah dianggap tidak
relevan dengan budaya baru.
[11] Philip K. Hitty, History…………………..p. 967
[12] Malik bin Nabi, Membangun Dunia Baru Islam, Bandung : Mizan, 1994. P.
177
[13] Imam Munawwir, Kebangkitan……………………….p.327
[14] Journal Suara Masjid. Edisi VII, tahun II, 12 Rabi’ul Awwal 1412 H.
P. 34
[15] Ali Anshari, Journal of Islam,
Edisi VI, tauhn II, Jakarta ,
20 Juni 2007. P.23
[16] Philip K. Hitty, History of
……………………… p. 254
[17] Journal of Islam, Biography
of Jamal al Afghany, edisi I, tahun II, 17 Januari 2007.
[18] Malik bin Nabi, Membangun………………………p.
209.
[19] Ali Anshary, Journal
………………………p.25
[20] Imam Munawwir, Kebangkitan ………………………………..p.
328
[21] Philip K. Hitty, Histori of…………………….p.
964
Tidak ada komentar:
Posting Komentar