REVIEW
SEJARAH ISLAM
DALAM TUJUH SIKLUS
Oleh :
Yusuf Hasyim, S.Ag, M.S.I
A.
Periode
Nabi dan Khulafa al-Rasyidin
Pada
masa Nabi, jazirah Arab yang dulu sangat terpinggirkan dan tidak dikenal oleh
dunia luas, namun atas kedatangan Islam dunia arab menjadi pusat perhatian dari
berbagai penjuru dunia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.
Islam
disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.
Dalam dada
para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan
ajaran-ajaran Islam ke seluruh dunia. Di samping itu, suku-suku bangsa Arab
gemar berperang. Semangat dakwah dan gemar berperang tersebut membentuk satu
kesatuan yang padu dalam diri umat Islam
3.
Bizantium
dan Persia
mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan baik karena sering terjadi
peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri
masing-masing.
4.
Pertentangan
aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama
bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang
dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya
peperangan melawan Persia .
5.
Islam datang
ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.
Bangsa
Sami di Syiria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat dengan mereka daripada bangsa Eropa atau Bizantium yang memerintah
mereka.
7.
Mesir,
Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai
masa Abu Bakar sampai kepada Ali bin Abi Thalib, periode ini disebut periode Khilafah
Rasyidah. Dan para khalifahnya disebut al-Khulafa al-Rasyidun (khalifah-khalifah
yang mendapat petunjuk). Ciri periode ini adalah betul-betul mengikuti teladan Nabi,
mereka dipilih melalui proses musyawarah yang dalam istilah sekarang disebut
demokrasi. Namun setelah periode ini pemerintahan Islam berbentuk kerajaan.
B.
Masa
Bani Umayyah
Memasuki
masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan
yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi heridetis (kerajaan
turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi
kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anak Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh
monarki di Persia
dan Bizantium. Ia masih menggunakan istilah khalifah, tetapi memberikan
interpretasi baru dengan menyebutnya khalifah Allah dalam pengertian penguasa
yang diangkat oleh Allah.
Kekuasaan
ini berumur + 90 tahun. Ibukota yang semula di Madinah dipindah ke
Damaskus. Khalifah besar diantara bani Umayyah tersebut adalah Muawiyah bin Abi
Sofyan (661-680), Abdul Malik bin Marwan (685-705), al- Walid bin Abdul Malik (705-715),
Umar bin Abdul Aziz (717-720) dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743).
Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan bani Umayyah antara lain :
1.
Pergantian
khalifah adalah sesuatu yang baru bagi dunia Arab yang menekankan aspek
senioritas.
2.
Terbentuknya
Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik yang terjadi pada masa
Ali bin Abi Thalib, sehingga pada perkembangannya menimbulkan oposisi-oposisi
baik yang tersembunyi ataupun terbuka yang pada akhirnya menyedot kekuatan
khalifah.
3.
Pertentangan
etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan (Bani Kalb)
mengakibatkan Bani Umayyah kesulitan menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping
itu, sebagian besar golongan mawali terutama di Irak dan wilayah bagian timur
lainnya tidak puas dengan status mawali mereka yang berkonotasi lebih rendah
dibanding bangsa Arab.
4.
Kehidupan
di lingkungan istana yang mewah menyebabkan anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban kenegaraan.
5.
Munculnya
kekuatan Bani Abbas bin Abdul Muthalib yang disokong penuh oleh Bani Hasyim dan
kaum Syiah serta kaum mawali adalah penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Bani
Umayyah.
C.
Masa
Keemasan Abbasiyah Baghdad dan Umayyah di Spanyol
Dinasti
Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah as-Safah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas. Kekuasaan Abbasiyah berlangsung dalam waktu yang panjang
dari tahun 173-656 H/750-1258 M. Para khalifah
adalah tokoh yang kuat dari aspek politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat yang tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam Islam.
Jika dasar-dasar
pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah ditetapkan dan dibangun oleh Abul Abbas dan
Abu Ja'far al-Mansur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada 7
khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785), al-Hadi (785-786), Harun
al-Rasyid (786-809), al-Makmun (813-833), al-Mu'tashim (833-842), al-Watsiq
(842-847), dan al-Mutawakkil (847-861). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai
meningkat, terutama di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan
seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Bashrah bahkan menjadi pelabuhan yang
penting.
Popularitas
Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada jaman Harun al-Rasyid dan putranya
al-Makmun. Pada masa ini rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi
didirikan. Penerjemahan buku-buku asing dari Yunani juga dilakukan oleh
golongan Kristen yang digaji dengan nominal yang tinggi. Pada masa itu pula
didirikan Bait al-Hikmah sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan.
Masuknya
Islam ke Spanyol yang dibawa oleh Thariq bin Ziyad mencapai
kemenangan-kemenangan yang begitu mudah. Hal ini dikarenakan kondisi negeri
Spanyol itu sendiri yang pada masa itu secara sosial, politik dan ekonomi
berada dalam situasi yang menyedihkan, sehingga mengakibatkan wilayah Spanyol
terkoyak dan terbagi menjadi negara-negara kecil. Sedangkan faktor lainnya
adalah karakter tokoh-tokoh pejuang Islam yang kuat, disiplin, pemberani, dan
tabah dalam menghadapi setiap persoalan dan kekompakan para prajurit-prajuritnya.
Yang tak kalah penting adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para pejuang
Muslim, memiliki toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga disambut
dengan terbuka oleh bangsa Spanyol.
Lebih dari tujuh abad, kekuasan Islam di Spanyol mencapai
kejayaannya. Banyak prestasi yang diperoleh, bahkan memberikan pengaruh bagi
kemajuan Eropa dan dunia. Dalam bidang intelektual, atas inisiatif al-Hakam
(961–976 M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimport dari timur dalam jumlah
yang besar sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitasnya mampu
menyaingi Baghdad
sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Tokoh pertama dalam sejarah Arab
Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu as-Sayyigh yang lebih dikenal dengan
Ibnu Bajjah. Tokoh kedua adalah Abu Bakar Bin Thuffail dan seorang pengikur
Aristototeles yang terbesar dari Cordova yaitu Ibnu Rusyd. Dalam bidang sains
terdapat Ibrahim Bin Yahya an-Naqash sebagai ahli astronomi. Ada juga Abbas bin Farnas yang menemukan
pembuatan kaca dari batu. Ahmad bin Abbad dalam bidang obat-obatan. Kemudian
dalam bidang geografi kita mengenal Ibnu Zubair dari Valencia dan Ibnu Bathutah dari
Tangiyer.
Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam terhadap Eropa yang berlangsung sejak abad ke 12 Masehi
itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) di Eropa pada
abad 14. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa pada periode ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa Latin.
D.
Masa
Kemunduran Baghdad dan Kemunduran Spanyol
Jatuhnya
kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol tidak saja mengakhiri Khilafah
Abbasiyah, tapi juga menjadi awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam.
Karenanya, Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah
ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulaghu Khan. Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan
Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan
dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanjak
Khan yang mempunyai dua putra, Mongol dan
Tatar. Mongol mempunyai anak yang bernama Ilkhan yang melahirkan keturunan
bangsa Mongol di kemudian hari. Berikut ini adalah faktor-faktor saling
berkaitan yang menyebabkan Dinasti Baghdad mundur:
1.
Persaingan
antar bangsa. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah seperti Maroko, Mesir, Syria,
Irak, Persia, Turki, dan India serta tidak adanya kesadaran dalam merajut
elemen-elemen yang bermacam-macam wilayah tersebut menyebabkan lahirnya gerakan
su'ubiyah.
2.
Kemorosotan
ekonomi. Kemunduran bidang ekonomi bersamaan kemunduran di bidang politik.
Pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran neningkat lebih besar. Hal ini
dikarenakan kehidupan para khalifah dan pejabat yang bermewah-mewahan. Jenis
pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi.
3.
Konflik keagamaan.
Fanatisme bekaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Cita-cita orang Persia yang
tidak terkabulkan menyebabkan kekecewaan yang mendorong mereka untuk
mempropagandakan manuisme, zoroastherisme, dan mazdaqisme.
4.
Ancaman
dari luar. Di antara ancaman dari luar yang menyebabkan khalifah Abbasiyah
hancur adalah perang salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan
Islam.
E.
Masa
Kemajuan Tiga Kerajaan Besar
Keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembalil setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Usmani di Turki, Mughal di
India, dan Syafawi di Persia. Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri
juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibandingkan dua kerajaan yang
lain.
Pada
masa kerajaan Usmani, kebudayaan Turki berpadu dengan bermacam-macam kebudayaan lainnya. Di antaranya
adalah kebudayaan Persia , Byzantium , dan Arab. Dari
kebudayaan Persia
mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana
raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Byzantium , sedangkan
ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan dan
huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang Turki Usmani memang dikenal
sebagai bangsa yang suka dan mudah
berasimilasi dengan bangsa asing, mereka terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
Dalam seni arsitektur Islam, mereka banyak mendirikan masjid-masjid indah, di antaranya
adalah Masjid Muhammadi atau Masjid Jamin Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung
Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari.
Berbeda
dengan dua kerajaan besar, Usmani dan Mughol, Kerajaan Syafawi menyatakan Syiah
sebagai madzhab negara karena itu kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak
pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa
ini. Beberapa ilmuwan yang hadir di masjlis Istana yaitu Bahaudin
Asyairaji, generalis ilmu pengetahuan, Syaadarudin Syairaji, filosof dan
Muhammad Bakir bin Muhammad, Damad, yaitu filosof ahli sejarah, teolog dan
orang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang
seni, terdapat bangunan-bangunan besar lagi indah seperi Masjid Syah yang
dibangun pada tahun 1611 M dan Masjid Syaikh Lutfallah yang dibangun pada tahun
1603 M serta jembatan raksasa di atas Zenderud dan Istana Sikr Sutun.
Kerajaan Mughal
berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi antara tiga
kerajaan Islam terbesar tersebut kerajaan inilah yang termuda. Corak
pemerintahannya adalah militeristik di mana Sultan adalah penguasa diktator. Namun
Akbar sebagai salah satu khalifah menerapkan apa yang dinamakan politik sulakhul
(toleransi umat), dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana baik yang
berbahasa Persia maupun India .
Penyair India
yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang sufi yang menghasilkan karya
besar berjudul Padmavat, semua karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan
jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl
dengan karyanya Akhbar Nama dan Aeni Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal
berdasarkan figur pemimpinnya.
F.
Masa
kemunduran tiga kerajaan besar
Di antara
sebab-sebab kemunduran kerajaan Utsmani antara lain :
1.
Wilayah
kekuasaan yang sangat luas
2.
Heterogenitas
penduduk
3.
Kelemahan
para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni kerajaan Utsmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah.
4.
Berkembangnya
budaya KKN para pejabat-pejabat Turki Utsmani
5.
Pemberontakan
tentara Jenisari sebanyak 4 kali (1525, 1632, 1727, & 1826).
6.
Merosotnya
ekonomi
7.
Terjadinya
stagnasi ilmu dan teknologi
Sedangkan penyebab keruntuhan kerajaan Mughal (1858), antara lain :
1.
Terjadinya
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan Mughal.
2.
Kemerosotan
moral dan kehidupan hedonis para elit politik
3.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4.
Semua pewaris
tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam kepemimpinan.
Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran kerajaan Safawi, antara lain :
1.
Konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
2.
Dekadensi
moral yang melanda sebagian besar pemimpin kerajaan Safawi
3.
Pasukan
Hulam (budak-budak) tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti
Gizilbash.
4.
Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.
G.
Periode
Modern
Periode
modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai
sekarang. Di awal periode ini kondisi dunia Islam secara politis berada di
bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad 20 M dunia Islam
bangkit memerdekakan dirinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan
kebangkitan kembali Islam setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaruan dalam Islam. Gerakan pembaruan
itu paling tidak karena dua hal :
1.
Timbulnya
kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima
sebagai ajaran Islam. Mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari faham
seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi.
2.
Pada
periode ini Barat mendominasi dunia politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat
menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketertinggalan mereka. Karena itu mereka
berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of power.
Gerakan
reformasi dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M) di Arabia,
Syeh Waliyullah (1703-1762) di India dan Gerakan Sanusiah di Afrika Utara yang
dipimpin oleh Syeh Ahmad Sanusi dari Aljazair. Sedangkan poin kedua tercermin
dalam pengiriman para pelajar muslim oleh para penguasa Turki Utsmani dan Mesir
ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan penerjemahan
karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Pelajar-pelajar muslim asal India juga
banyak yang menuntut ilmu ke Inggris. Dalam bidang politik, gerakan pertama
kali adalah gagasan Pan Islamisme yang didengungkan oleh gerakan
Wahabiyah dan Sanusiah, namun baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir
Islam Jamaluddin al-Afghani. Selain al-Afghani, di Mesir terdapat gerakan pembaruan
yang dipelopori oleh Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla, di Turki oleh Mustofa
Kemal Ataturk, di India oleh Sayyid Amir Ali, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal
dan Muhammad Ali Jinah.
Di
Indonesia gerakan pembaruan dipelopori oleh para ulama yang pulang dari Mekkah,
di antaranya adalah Haji Miskin, Haji Pinabang dan Haji Malik pada abad 19,
kemudian pada abad 20 gerakan pembaruan di Indonesia berkembang dengan
berdirinya berbagai organisasi sosial keagamaan, pendidikan dan politik, antara
lain Jam'atul Khair, Al Irsyad, Perti, Persis, SI, Nahdlatul 'Ulama, al-Khairiyah,
Muhammadiyah, MIAI, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abul a ‘la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan :
Evaluasi Kritis Atas Sejarah Pemerintahan Islam, (Bandung, Mizan, 1998)
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam :
Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006)
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan
Pemikiran (Bandung, Mizan,1995)
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,(Jakarta
: Rajawali Pers 1999)
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, Cet. 1, 2004)
John L. Esposito (ed), The Oxpord History of
Islam, (New York, Oxpord University Press 1999)
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan
Pembangunan, (Gramedia, Jakarta,1985)
Philip K. Hitti, History of The Arabs (London :
Mac Millan, 1970)
W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan
Sejarah (Jakarta : P3M, 1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar