oleh : Asmonah Hasyim
Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh
anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh
kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada
kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan)
kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini
termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak
mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak nash-nash
syar’i yang mengisyaratkannya.
Allah berfirman.
Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” [An-Nisa : 58]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” [Al-Anfal :
27]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggung jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah
pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah
pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya”
[Hadits Riwayat Al-Bukhari]
SEPULUH KESALAHAN DALAM MEDIDIK ANAK
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa
mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang
tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah
pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan
anak-anaknya.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu
bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap
durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja. Berikut ini sepuluh bentuk
kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
1.
Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti
mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin,
suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut
: Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak
perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena
seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
2.
Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak
Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang
benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak
dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak
kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut
apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena
ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut
kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan
tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
3.
Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya,
Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi
anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya
sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini
dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia,
membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
4.
Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang
diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal,
tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan
kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru
sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan
menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya,
maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan
beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa
membelanjakan uangnya dengan baik.
5.
Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis,
Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta
sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau
mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera
memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis.
Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati
diri.
6.
Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka,
Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar,
memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya.
Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin)
baru sekali melakukannya.
7.
Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada
anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada
akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai
cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan
cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke
panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual
anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
8.
Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga
Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang
Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah
menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-.
Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari
keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya.
Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering
memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi
cinta semu.
9.
Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah
memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang
bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk
mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang
tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga
membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan
dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
10. Terlalu Berprasangka Baik
Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik
kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa
tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya,
tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya
kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau
gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget.
Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa
hanyalan penyesalan tak berguna.
SEPULUH TIPS
MENDIDIK ANAK ALA RASULULLAH SAW
Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya
sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shaleh. Doa anak
yang shaleh merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya,
orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak akan
tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada
gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri. Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut beberapa tips
yang diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata cara mendidik anak
ala Rasulullah Saw :
1. Menanamkan Nilai-nilai
Ketauhidan
Mengajarkan tauhid kepada anak,
mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai
Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain
itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam
pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha
menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku
guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya
dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang
paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan
Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari
lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh
pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi
model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi
keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang
baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu
jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan
oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat
menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan
menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
3. Mendidik dengan Kebiasaan
Suatu kebaikan harus dimulai dengan
pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan
shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan
berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini,
bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan.
Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya
diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang
berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang
terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini
juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari
penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau
bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri
sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk
meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli
untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping
itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.
5. Memotivasinya Anak Berbuat
Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri
dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga
hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata
yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih
mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua
tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih
baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat
balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh
Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
6. Sediakan Waktu untuk Makan
Bersama Anak
Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan
untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin
antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali
berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi.
Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan
bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini
juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan,
atau pendidikan.
7. Mendidik dengan Reward/Hadiah
Memberi hadiah adalah salah satu
penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati
kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun
perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi.
Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan
lain-lain.
8. Memilih Sekolah yang Islami
Saat anak menginjak usia sekolah,
orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan
pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah
mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar
tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin
kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.
9. Mendidik dengan Hukuman
Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara
di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama
tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan
menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan
tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya
akan membuat anak menjadi dendam.
10. Memahami Keadaan Anak Secara
Baik dan Menggunakan Metode yang Tepat
Setiap anak memiliki karakter dan
pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang
tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah.
Demikianlah
sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua, yang mungkin kita juga tidak
menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus
mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, agar kita terhindar
dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya
bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh
menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam
bishshawab.
*
Disadur dari kitab At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al-Mazhahir Subulul Wiqayati
Wal Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar