Wawancara dengan Mendikbud
Terkait Kurikulum 2013 (Bagian 1)
Tempat :
Ruang kerja Mendikbud, Gedung A Kompleks Kemdikbud Senayan Jakarta
Hari : Rabu, 5 Desember 2012
Hari : Rabu, 5 Desember 2012
Pertanyaan : Bagaimana pengembangan Kurikulum
2013 ini?
Mendikbud : Pengembangan kurikulum ini sudah
ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Artinya apa? Kalau ada suatu dokumen RPJMN 2010-2014, ini artinya disusun tahun
2009, berarti 2009 sudah dievaluasi, 2010-2014 harus ada penataan kurikulum.
Ini perintah RPJMN.
Dari sisi
arah, sangat-sangat jelas. Arahnya adalah peningkatan kompetensi yang seimbang
antara sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).
Tiga ini harus dimiliki. Yang dirisaukan orang bahwa anak-anak kita hanya
memiliki kognitif saja, ini yang kita jawab. Kompetensi nantinya bukan urusan
kognitif saja namun ada sikap, dan ketrampilan. Kompetensi ini didukung 4 pilar
yaitu : produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Meskipun inovatif ini
gabungan sifat produktif dan kreatif, namun kita taruh berdiri sendiri saja.
Kalau seseorang produktif dan kreatif, tidak serta merta menjadi inovatif, tapi
inovatif ini hanya bisa dibentuk kalau ada dua hal tersebut. Kalau ada beras
ada ikan belum tentu otomatis bisa dimakan,tapi kalau tidak ada beras tidak ada
ikan otomatis tidak ada yang bisa dimakan. Syaratnya ada beras, ada ikan.
Tentang
afektif ini, kita ini rindu dengan kekuatan-kekuatan moralitas, sentuhan seni.
Tentu saja dibingkai dengan ke-Indonesia-an.
Ini sesuatu
yang baru, uji publik kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi
ini kita lempar ke publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada
kurikulum baru, kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki
atau sense of belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi
pandangan. Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Apakah yang
disentuh cuma mata pelajaran? Tentu saja tidak. Kalau kita bicara kurikulum,
kita harus bicara 4 hal, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, dan standar penilaian. Proses ini berarti metodologi, atau pendekatan.
Itu kurikulum keempat-empatnya, mata pelajaran hanya satu aspek saja, termasuk
buku cuma satu aspek saja.
Yang pertama
kita garap dalam penyusunan kurikulum adalah kompentensi apa yang akan kita
capai. Anak kelas I SD diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, itu yang pertama
ditentukan. Untuk ke situ apa yang harus dilakukan? Setelah kompetensi
ditentukan, prosesnya harus ditentukan. Setelah itu cara evaluasinya harus ada,
apakah sudah tercapai atau belum. Jadi perlu standar penilaian. Jadi mata
pelajaran itu sesuatu yang kecil saja, suatu akibat saja.
Apa bedanya
kurikulum yang dulu dengan yang sekarang? Kurikulum yang lama pun ada standar
kompetensi, ada isinya, proses, dan penilaian. Dari situ kita review
semua, sejak 2011 sudah kita review. Ketika ramai-ramainya PPKN, kita
pelajari semua. Pendekatannya kita ubah. Kalau dulu mata pelajaran dulu
ditetapkan, baru kompetensinya, sekarang kita ubah, kompetensinya dulu
ditetapkan, baru menyusul mata pelajarannya.
Pendekatannya
adalah scientific-approach, atau pendekatan ilmiah.
Pertanyaan : Mengapa kurikulum harus berubah?
Mendikbud : Yang paling mendasar, adik-adik
kita didik ini untuk apa? Yang paling utama kan untuk mereka sendiri, yang
nantinya akan kembali untuk keluarga, bangsa, dan negara. Kapan itu?
kalau anak sekolah sekarang, itu bukan untuk sekarang. Agar mereka bisa hidup
untuk nanti. Jaman itu nanti berubah, jadi harus dimulai dari sekarang. Kalau
kita tidak berubah kita akan menghasilkan generasi yang usang. Generasi yang
akan menjadi beban, dan juga tidak terserap di dunia kerja.
Pertanyaan : Bagaimana tentang anggapan ganti
menteri ganti kurikulum?
Mendikbud : Saya dihadapkan pada 2 pilihan:
Apakah mempertahankan tidak usah ganti kurikulum biar ga dibilang ganti menteri
ganti kurikulum, atau kedua tidak apa-apa ganti kurikulum asal ada landasan.
Saya memilih yang kedua, ganti kurikulum nggak apa-apa asal punya pijakan.
Kalau ini dilakukan, saya yakin kurikulum ini tidak akan berubah dalam 4 atau 5
tahun.
Kembali ke 4
pilar di atas, penelitian menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibangun melalui
pendidikan. Penelitian ini masih relatif baru, tahun 2011. Penelitian ini
menunjukkan 2/3 kreatifitas diperoleh melalui pendidikan, sedangkan 1/3 karena
genetik.
Bagaimana
menumbuhkan kreatifitas? Anak-anak kita ajari mengamati. Manfaatkan indrawi
untuk melihat fenomena. Tidak hanya mengamati, tetapi kita dorong untuk
bertanya. Tidak hanya bertanya, tetapi harus sampai ke menalar. Dan nanti
sampai ke mencoba, sampai ke eksperimen.
Makanya
prosesnya kita ubah. Karena prosesnya berubah, makanya jam pelajarannya
bertambah.
Obyek pembelajarannya
adalah fenomena alam, fenomena sosial, fenomena budaya. Belajar apa saja,
obyeknya pasti tiga hal tersebut. Pendekatannya kita gunakan
tematik-integratif.
Anak-anak
kecil itu kan belum bisa berfikir spesialis. Karena spesialis itu memerlukan
basic yang kuat, makanya dari awal anak-anak kita ajari berfikir utuh. Generik,
tapi generik-nya kita perkuat. Tidak pelajaran-pelajaran satu-satu. Tidak boleh
anak-anak kecil itu kita ajari spesialis.
(NW)
(NW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar