Jumat, 20 April 2012

SEJARAH ISLAM DALAM TUJUH SIKLUS



REVIEW
SEJARAH ISLAM DALAM TUJUH SIKLUS
Oleh : Yusuf Hasyim, S.Ag, M.S.I

A.    Periode Nabi dan Khulafa al-Rasyidin
Pada masa Nabi, jazirah Arab yang dulu sangat terpinggirkan dan tidak dikenal oleh dunia luas, namun atas kedatangan Islam dunia arab menjadi pusat perhatian dari berbagai penjuru dunia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1.      Islam disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.      Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam ke seluruh dunia. Di samping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan gemar berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam
3.      Bizantium dan Persia mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4.      Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
5.      Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.      Bangsa Sami di Syiria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat dengan mereka daripada bangsa Eropa atau Bizantium yang memerintah mereka.
7.      Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai masa Abu Bakar sampai kepada Ali bin Abi Thalib, periode ini disebut periode Khilafah Rasyidah. Dan para khalifahnya disebut al-Khulafa al-Rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri periode ini adalah betul-betul mengikuti teladan Nabi, mereka dipilih melalui proses musyawarah yang dalam istilah sekarang disebut demokrasi. Namun setelah periode ini pemerintahan Islam berbentuk kerajaan.  

B.     Masa Bani Umayyah
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anak Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarki di Persia dan Bizantium. Ia masih menggunakan istilah khalifah, tetapi memberikan interpretasi baru dengan menyebutnya khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.
Kekuasaan ini berumur + 90 tahun. Ibukota yang semula di Madinah dipindah ke Damaskus. Khalifah besar diantara bani Umayyah tersebut adalah Muawiyah bin Abi Sofyan (661-680), Abdul Malik bin Marwan (685-705), al- Walid bin Abdul Malik (705-715), Umar bin Abdul Aziz (717-720) dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743).
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan bani Umayyah antara lain :
1.      Pergantian khalifah adalah sesuatu yang baru bagi dunia Arab yang menekankan aspek senioritas.
2.      Terbentuknya Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib, sehingga pada perkembangannya menimbulkan oposisi-oposisi baik yang tersembunyi ataupun terbuka yang pada akhirnya menyedot kekuatan khalifah.
3.      Pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) mengakibatkan Bani Umayyah kesulitan menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya tidak puas dengan status mawali mereka yang berkonotasi lebih rendah dibanding bangsa Arab.
4.      Kehidupan di lingkungan istana yang mewah menyebabkan anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban kenegaraan.
5.      Munculnya kekuatan Bani Abbas bin Abdul Muthalib yang disokong penuh oleh Bani Hasyim dan kaum Syiah serta kaum mawali adalah penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Bani Umayyah.

C.    Masa Keemasan Abbasiyah Baghdad dan Umayyah di Spanyol
Dinasti Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah as-Safah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Kekuasaan Abbasiyah berlangsung dalam waktu yang panjang dari tahun 173-656 H/750-1258 M. Para khalifah adalah tokoh yang kuat dari aspek politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat yang tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Jika dasar-dasar pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah ditetapkan dan dibangun oleh Abul Abbas dan Abu Ja'far al-Mansur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada 7 khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785), al-Hadi (785-786), Harun al-Rasyid (786-809), al-Makmun (813-833), al-Mu'tashim (833-842), al-Watsiq (842-847), dan al-Mutawakkil (847-861). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat, terutama di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Bashrah bahkan menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada jaman Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Pada masa ini rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Penerjemahan buku-buku asing dari Yunani juga dilakukan oleh golongan Kristen yang digaji dengan nominal yang tinggi. Pada masa itu pula didirikan Bait al-Hikmah sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Masuknya Islam ke Spanyol yang dibawa oleh Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan-kemenangan yang begitu mudah. Hal ini dikarenakan kondisi negeri Spanyol itu sendiri yang pada masa itu secara sosial, politik dan ekonomi berada dalam situasi yang menyedihkan, sehingga mengakibatkan wilayah Spanyol terkoyak dan terbagi menjadi negara-negara kecil. Sedangkan faktor lainnya adalah karakter tokoh-tokoh pejuang Islam yang kuat, disiplin, pemberani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan dan kekompakan para prajurit-prajuritnya. Yang tak kalah penting adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para pejuang Muslim, memiliki toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga disambut dengan terbuka oleh bangsa Spanyol.
            Lebih dari tujuh abad, kekuasan Islam di Spanyol mencapai kejayaannya. Banyak prestasi yang diperoleh, bahkan memberikan pengaruh bagi kemajuan Eropa dan dunia. Dalam bidang intelektual, atas inisiatif al-Hakam (961–976 M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimport dari timur dalam jumlah yang besar sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Tokoh pertama dalam sejarah Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu as-Sayyigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh kedua adalah Abu Bakar Bin Thuffail dan seorang pengikur Aristototeles yang terbesar dari Cordova yaitu Ibnu Rusyd. Dalam bidang sains terdapat Ibrahim Bin Yahya an-Naqash sebagai ahli astronomi. Ada juga Abbas bin Farnas yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ahmad bin Abbad dalam bidang obat-obatan. Kemudian dalam bidang geografi kita mengenal Ibnu Zubair dari Valencia dan Ibnu Bathutah dari Tangiyer.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap Eropa yang berlangsung sejak abad ke 12 Masehi itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) di Eropa pada abad 14. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa pada periode ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
  
D.    Masa Kemunduran Baghdad dan Kemunduran Spanyol
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol tidak saja mengakhiri Khilafah Abbasiyah, tapi juga menjadi awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam. Karenanya, Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulaghu Khan. Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanjak Khan yang mempunyai dua putra, Mongol  dan Tatar. Mongol mempunyai anak yang bernama Ilkhan yang melahirkan keturunan bangsa Mongol di kemudian hari. Berikut ini adalah faktor-faktor saling berkaitan yang menyebabkan Dinasti Baghdad mundur:
1.        Persaingan antar bangsa. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India serta tidak adanya kesadaran dalam merajut elemen-elemen yang bermacam-macam wilayah tersebut menyebabkan lahirnya gerakan su'ubiyah.
2.        Kemorosotan ekonomi. Kemunduran bidang ekonomi bersamaan kemunduran di bidang politik. Pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran neningkat lebih besar. Hal ini dikarenakan kehidupan para khalifah dan pejabat yang bermewah-mewahan. Jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi.
3.        Konflik keagamaan. Fanatisme bekaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Cita-cita orang Persia yang tidak terkabulkan menyebabkan kekecewaan yang mendorong mereka untuk mempropagandakan manuisme, zoroastherisme, dan mazdaqisme.
4.        Ancaman dari luar. Di antara ancaman dari luar yang menyebabkan khalifah Abbasiyah hancur adalah perang salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

E.     Masa Kemajuan Tiga  Kerajaan Besar
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembalil setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Usmani di Turki, Mughal di India, dan Syafawi di Persia. Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibandingkan dua kerajaan yang lain.
Pada masa kerajaan Usmani, kebudayaan Turki berpadu dengan  bermacam-macam kebudayaan lainnya. Di antaranya adalah kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Byzantium, sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang Turki Usmani memang dikenal sebagai  bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing, mereka terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Dalam seni arsitektur Islam, mereka banyak mendirikan masjid-masjid indah, di antaranya adalah Masjid Muhammadi atau Masjid Jamin Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari.
Berbeda dengan dua kerajaan besar, Usmani dan Mughol, Kerajaan Syafawi menyatakan Syiah sebagai madzhab negara karena itu kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa  ini. Beberapa ilmuwan yang hadir di masjlis Istana yaitu Bahaudin Asyairaji, generalis ilmu pengetahuan, Syaadarudin Syairaji, filosof dan Muhammad Bakir bin Muhammad, Damad, yaitu filosof ahli sejarah, teolog dan orang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang seni, terdapat bangunan-bangunan besar lagi indah seperi Masjid Syah yang dibangun pada tahun 1611 M dan Masjid Syaikh Lutfallah yang dibangun pada tahun 1603 M serta jembatan raksasa di atas Zenderud dan Istana Sikr Sutun.
            Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi antara tiga kerajaan Islam terbesar tersebut kerajaan inilah yang termuda. Corak pemerintahannya adalah militeristik di mana Sultan adalah penguasa diktator. Namun Akbar sebagai salah satu khalifah menerapkan apa yang dinamakan politik sulakhul (toleransi umat), dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, semua karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aeni Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.

F.     Masa kemunduran tiga kerajaan besar
Di antara sebab-sebab kemunduran kerajaan Utsmani antara lain :
1.        Wilayah kekuasaan yang sangat luas
2.        Heterogenitas penduduk
3.        Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni kerajaan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah.
4.        Berkembangnya budaya KKN para pejabat-pejabat Turki Utsmani
5.        Pemberontakan tentara Jenisari sebanyak 4 kali (1525, 1632, 1727, & 1826).
6.        Merosotnya ekonomi
7.        Terjadinya stagnasi ilmu dan teknologi
Sedangkan penyebab keruntuhan kerajaan Mughal (1858), antara lain :
1.      Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan Mughal.
2.      Kemerosotan moral dan kehidupan hedonis para elit politik
3.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam kepemimpinan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran kerajaan Safawi, antara lain :
1.      Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
2.      Dekadensi moral yang melanda sebagian besar pemimpin kerajaan Safawi
3.      Pasukan Hulam (budak-budak) tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Gizilbash.
4.      Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.

G.    Periode Modern
Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad 20 M dunia Islam bangkit memerdekakan dirinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan kebangkitan kembali Islam setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaruan dalam Islam. Gerakan pembaruan itu paling tidak karena dua hal :
1.        Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari faham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi.
2.        Pada periode ini Barat mendominasi dunia politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketertinggalan mereka. Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power.
Gerakan reformasi dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M) di Arabia, Syeh Waliyullah (1703-1762) di India dan Gerakan Sanusiah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Syeh Ahmad Sanusi dari Aljazair. Sedangkan poin kedua tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh para penguasa Turki Utsmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris. Dalam bidang politik, gerakan pertama kali adalah gagasan Pan Islamisme yang didengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiah, namun baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam Jamaluddin al-Afghani. Selain al-Afghani, di Mesir terdapat gerakan pembaruan yang dipelopori oleh Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla, di Turki oleh Mustofa Kemal Ataturk, di India oleh Sayyid Amir Ali, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinah.
Di Indonesia gerakan pembaruan dipelopori oleh para ulama yang pulang dari Mekkah, di antaranya adalah Haji Miskin, Haji Pinabang dan Haji Malik pada abad 19, kemudian pada abad 20 gerakan pembaruan di Indonesia berkembang dengan berdirinya berbagai organisasi sosial keagamaan, pendidikan dan politik, antara lain Jam'atul Khair, Al Irsyad, Perti, Persis, SI, Nahdlatul 'Ulama, al-Khairiyah, Muhammadiyah, MIAI, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Abul a ‘la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan : Evaluasi Kritis Atas Sejarah Pemerintahan Islam, (Bandung, Mizan, 1998)
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006)
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung, Mizan,1995)
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,(Jakarta : Rajawali Pers 1999)
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, Cet. 1, 2004)
John L. Esposito (ed), The Oxpord History of Islam, (New York, Oxpord University Press 1999)
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Gramedia, Jakarta,1985)
Philip K. Hitti, History of The Arabs (London : Mac Millan, 1970)
W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta : P3M, 1988)

Tidak ada komentar: